v PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat
yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat diterima
maksudnya atau arti serta tujuannya seperti yang di maksud penulis atau
pembicara. Kalimat efektif juga merupakan kalimat yang padat, singkat, jelas,
lengkap, dan dapat menyampaikan informasi secara tepat.
·
Jelas : berarti mudah dipahami oleh pendengar atau
pembaca.
·
Singkat : berarti hemat dalam pemakaian atau
pemilihan kata-kata.
·
Tepat : berarti sesuai dengan kaidah bahasa yang
berlaku.
Kalimat
dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan,
maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis.
v SYARAT-SYARAT KALIMAT EFEKTIF
1. KESATUAN GAGASAN
Kesatuan gagasan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam
sebuah kalimat. Kesatuan gagasan memiliki subyek, predikat, serta unsur-unsur
lain ( O/K) yang saling mendukung serta membentuk kesatuan tunggal.
Contoh:
Contoh:
Berdasarkan agenda sekretaris manajer personalia akan memberi
pengarahan kepada pegawai baru.
2. KEPARALELAN ATAU KESEJAJARAN
Keparalelan atau kesejajaran bentuk adalah terdapatnya
unsur-unsur yang sama derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa yang
dipakai di dalam kalimat. Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Bila bentuk
pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga harus menggunakan
nomina. Maksudnya jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan
di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Contoh: Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir
jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara
predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-,
sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan
di-.
Kalimat itu harus diubah menjadi :
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
3. KEHEMATAN
Kehematan adalah upaya menghindari pemakaian kata yang
tidak perlu, sehingga kata dalam sebuah kalimat menjadi lebih padat dan berisi.
Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Menghemat kata dapat dilakukan dengan cara:
Menghemat kata dapat dilakukan dengan cara:
Ø Menghilangkan
pengulangan subyek.
Contoh
: Karena ia tak diundang, dia tidak datang ke pesta itu.
Mestinya
menggilangkan kata ia.
Ø Menghindarkan
pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Contoh:
Mira adalah gadis yang memakai baju warna merah.
Mestinya
menggilangkan kata warna.
Ø Menghindarkan
kesinoniman dalam satu kalimat.
Contoh: Jangan naik ke atas karena licin.
Mestinya
menghilangkan kata ke atas.
Ø Kehematan
dengan tidak menjamakkan kata yang sudah jamak.
Contoh : Ia mengambil semua jeruk-jeruk
yang masih ada di meja.
4. PENEKANAN
Penekanan merupakan perlakuan khusus pada kata tertentu dalam
kalimat sehingga berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan. Kalimat
yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Ada beberapa cara penekanan dalam kalimat:
Ada beberapa cara penekanan dalam kalimat:
Ø Mengubah
posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan
kalimat.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
Ø Menggunakan
partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan
–kah.
Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?
Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?
Ø Menggunakan
repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
Ø Menggunakan
pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan
makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.
Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.
5.KEVARIASIAN
Untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca,
diperlukan variasi dalam teks. Ada kalimat yang dimulai dengan subyek, predikat
atau keterangan. Ada kalimat yang pendek dan panjang.
a). Cara memulai
Subyek pada awal kalimat.
Dengan adanya subyek pada awal kalimat, maka kalimat-kalimat
akan berubah nadanya.
- Untuk menyatakan kepastian digunakan kata: pasti,
pernah, tentu, sering, jarang, kerapkali, dan sebagainya.
- Untuk menyatakan ketidakpastian digunakan :
mungkin, barangkali, kira-kira, rasanya, tampaknya, dan sebagainya.
- Untuk menyatakan kesungguhan digunakan:
sebenarnya, sesungguhnya, sebetulnya, benar, dan sebagainya.
b). Panjang-pendek kalimat.
Tidak selalu kalimat pendek mencerminkan kalimat yang baik
atau efektif, kalimat panjang tidak selalu rumit. Akan sangat tidak
menyenangkan bila membaca karangan yang terdiri dari kalimat yang seluruhnya
pendek-pendek atau panjang-panjang. Dengan menggabung beberapa kalimat tunggal
menjadi kalimat majemuk setara terasa hubungan antara kalimat menjadi lebih
jelas, lebih mudah dipahami sehingga keseluruhan paragraf merupakan kesatuan
yang utuh.
c). Jenis kalimat.
Biasanya dalam menulis, orang cenderung menyatakannya dalam
wujud kalimat berita. Hal ini wajar karena dalam kalimat berita berfungsi untuk
memberi tahu tentang sesuatu. Dengan demikian, semua yang bersifat memberi
informasi dinyatakan dengan kalimat berita. Tapi, hal ini tidak berarti bahwa
dalam rangka memberi informasi, kalimat tanya atau kalimat perintah tidak
dipergunakan, justru variasi dari ketiganya akan memberikan penyegaran dalam
karangan.
d). Kalimat aktif dan pasif.
Selain pola inversi, panjang-pendek kalimat, kalimat majemuk
dan setara, maka pada kalimat aktif dan pasif dapat membuat tulisan menjadi
bervariasi.
e). Kalimat langsung dan tidak langsung.
Biasanya yang dinyatakan dalam kalimat langsung ini adalah
ucapan-ucapan yang bersifat ekspresif. Tujuannya tentu saja untuk menghidupkan
paragraf. Kalimat langsung dapat diambil dari hasil wawancara, ceramah, pidato,
atau mengutip pendapat seseorang dari buku.
6.KELOGISAN
Kelogisan maksudnya bahwa suatu kalimat harus mudah dipahami
dan penulisannya harus sesuai dengan ejaan yang berlaku. Dalam hal ini hubungan
unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh : Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat diatas tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan
tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus
diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
v PENYEBAB KALIMAT TIDAK EFEKTIF
Kalimat tidak efektif adalah
kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat yang terdapat pada
kalimat efektif. Banyak hal yang menyebabkan kalimat tidak efektif, yaitu makna
yang tidak logis, bentuk kata yang tidak sejajar, menggunakan subjek ganda,
bentuk jamak yang di ulang, penggunaan kata depan yang tidak perlu, salah
nalar, pengaruh bahasa daerah atau bahasa asing, dan kontaminasi atau
keracunan. Berikut ini mari kita bahas satu per satu mengenai penyebab kalimat
menjadi tidak efektif :
1.
Makna tidak logis
Contoh:
- Saya saling bertatapan (tidak efektif).
- Kami saling bertatapan (efektif).
Contoh:
- Saya saling bertatapan (tidak efektif).
- Kami saling bertatapan (efektif).
2.
Bentuk kata tidak sejajar
Contoh:
- Kiki menonton film itu karena diketahui bahwa film tersebut bagus (tidak efektif ).
- Kiki menonton film itu karena mengetahui bahwa film tersebut bagus (efektif ).
Contoh:
- Kiki menonton film itu karena diketahui bahwa film tersebut bagus (tidak efektif ).
- Kiki menonton film itu karena mengetahui bahwa film tersebut bagus (efektif ).
3.
Menggunakan
subjek ganda
Contoh:
- Novel itu saya sudah baca (tidak efektif).
- Saya sudah membaca novel itu (efektif).
Contoh:
- Novel itu saya sudah baca (tidak efektif).
- Saya sudah membaca novel itu (efektif).
4.
Bentuk jamak yang diulang
Contoh:
- Para hadirin dimohon berdiri (tidak efektif).
- Hadirin kami mohon berdiri (efektif).
Contoh:
- Para hadirin dimohon berdiri (tidak efektif).
- Hadirin kami mohon berdiri (efektif).
5.
Penggunaan kata depan yang tidak perlu
Contoh:
- Kepada siswa kelas VII-A dimohon berkumpul di aula (tidak efektif).
- Siswa kelas VII-A dimohon berkumpul di aula (efektif).
Contoh:
- Kepada siswa kelas VII-A dimohon berkumpul di aula (tidak efektif).
- Siswa kelas VII-A dimohon berkumpul di aula (efektif).
6.
Salah nalar
Contoh:
Contoh:
- Waktu dan tempat kami persilahkan (tidak
efektif).
- Bapak penceramah, saya persilakan untuk
naik ke podium (efektif).
- Mobil Pak Ivan mau dijual
(tidak efektif).
- Mobil Pak Ivan akan dijual (efektif).
- Mobil Pak Ivan akan dijual (efektif).
7.
Pengaruh
bahasa daerah atau bahasa asing
Contoh:
- Para tamu undangan sudah pada hadir (tidak efektif).
- Tamu undangan sudah hadir (efektif).
Contoh:
- Para tamu undangan sudah pada hadir (tidak efektif).
- Tamu undangan sudah hadir (efektif).
8.
Kontaminasi/keracunan
Contoh:
- Nilai ulangan bahasa Inggris Aldi sangat baik sekali (tidak efektif).
- Nilai ulangan bahasa Inggris Aldi baik sekali (efektif).
- Nilai ulangan bahasa Inggris Aldi sangat baik (efektif).
Contoh:
- Nilai ulangan bahasa Inggris Aldi sangat baik sekali (tidak efektif).
- Nilai ulangan bahasa Inggris Aldi baik sekali (efektif).
- Nilai ulangan bahasa Inggris Aldi sangat baik (efektif).
v ALINEA ATAU PARAGRAF
1. PENGERTIAN ALINEA ATAU PARAGRAF
Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya
merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Paragraf atau alinea biasanya
dibuat dibaris baru dengan 5 spasi, sehingga tulisannya terlihat menjorok ke
dalam. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraph, yang perlu
diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat
dalam paragraf membicarakan satu gagasan(gagasan tunggal).Kepaduan berarti
seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan
tunggal paragraf.
Dalam kenyataannya kadang-kadang
kita menemukan alinea yang hanya terdiri atas satu kalimat, dan hal itu memang
dimungkinkan. Namun, dalam pembahasan ini wujud alinea semacam itu dianggap
sebagai pengecualian karena disamping bentuknya yang kurang ideal jika ditinjau
dari segi komposisi, alinea semacam itu jarang dipakai dalam tulisan ilmiah.
Paragraf diperlukan untuk mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut pandang
komposisi, pembicaraan tentang paragraf sebenarnya ssudah memasuki kawasan
wacana atau karangan sebab formal yang sederhana boleh saja hanya terdiri dari
satu paragraf. Jadi, tanpa kemampuan menyusun paragraf, tidak mungkin bagi
seseorang mewujudkan sebuah karangan.
2. TUJUAN PEMBENTUKAN ALINEA ATAU
PARAGRAF
-
Memudahkan
pengertian dan pemahaman terhadap satu tema.
-
Memisahkan
dan menegaskan perhentian secara wajar dan normal
3. UNSUR-UNSUR ALINEA ATAU PARAGRAF
Paragraf
terdiri atas kalimat topik atau kalimat pokok dan kalimat penjelas atau kalimat
pendukung. Kalimat topik merupakan kalimat terpenting yang berisi ide pokok
alinea. Sedangkan kalimat penjelas atau kalimat pendukung berfungsi untuk
menjelaskan atau mendukung ide utama.
A.
Ciri kalimat topik :
1.
Mengandung
permasalahan yang potensial untuk diuraikan lebih lanjut.
2.
Mengandung
kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri.
3.
Mempunyai
arti yang jelas tanpa dihubungkan dengan kalimat lain.
4.
Dapat
dibentuk tanpa kata sambung atau transisi
B
Ciri kalimat pendukung :
1. Sering merupakan
kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri.
2. Arti kalimatnya
baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu alinea.
3. Pembentukannya
sering memerlukan bantuan kata sambung atau frasa penghubung atau kalimat
transisi.
4. Isinya berupa
rincian, keterangan, contoh, dan data lain yang bersifat mendukung kalimat
topik
4. SYARAT-SYARAT
ALINEA ATAU PARAGRAF
1.
Kesatuan
Tiap alenia hanya
mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi alenia adalah
mengembangkan gagasan pokok atau topik tersebut. Oleh karena itu, dalam
pengembangannya tidak boleh ada unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan
dengan topik atau gagasan tersebut. Alenia dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat
dalam alenia itu tidak telepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik.
2.
Koherensi
Syarat kedua yang
harus dipenuhi oleh sebuah alenia ialah koherensi atau kepaduan, yakni adanya
hubungan yang harmonis, yang memperlihatkan kesatuan kebersamaan antara satu
kalimat dengan kalimat yang lainnya dalam sebuah alenia. Alenia yang memiliki
koherensi akan sangat memudahkan pembaca mengikuti alur pembahasan yang
disuguhkan. Ketiadaan Koherensi dalam sebuah alenia akan menyulitkan pembaca
untuk menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lainnya. Dalam koherensi,
termasuk pula keteraturan (sistematika) urutan gagasan. Gagasan dituturkan pula
secara teratur dari satu detail ke detail berikutnya, dari satu fakta ke fakta
selanjutnya, dari satu soal ke soal yang lain, sehingga pembaca dapat dengan
mudah mengikuti uraian yang disajikan dengan seksama. Untuk menyatakan kepaduan
atau koherensi dari sebuah alenia, ada bentuk lain yang sering digunakan yaitu
penggunaan kata atau frasa (kelompok kata) dalam bermacam-macam hubungan.
3. Pengembangan
Pengembangan paragraf sangat
berkaitan erat dengan posisi kalimat topik karena
kalimat topiklah yang mengandung inti permasalahan atau ide utama paragraf.
Pengembangan paragraph deduktif, misalnya, yang menempatkan ide/gagasan utama
pada awal paragraf, pasti berbeda dengan pengembangan paragraf induktif yang
merupakan kebalikan dari paragraf deduktif. Demikian juga dengan tipe paragraf
yang lainnya.
Selain
kalimat topik, pengembangan paragraf berhubungan pula dengan fungsi paragraf
yang akan dikembangkan: sebagai paragraf pembuka, paragraf pengembang, atau
paragraf penutup. Fungsi tersebut akan mempengaruhi pemilihan metode
pengembangan karena misi ketiga paragraf tersebut dalam karangan saling berbeda
.
Metode pengembangan
paragraf akan bergantung pada sifat informasi yang akan
disampaikan,yaitu: persuasive, argumentatif, naratif, deskriptif, dan
eksposisi. Metode tersebut sudah pasti digunakan untuk mengembangkan alinea
argumentatif, misalnya akan berbeda dengan naratif.
Setelah
mempertimbangkan faKtor tersebut barulah kita memilih salah satu metode
pengembangan paragraf yang dianggap paling tepat dan efektif. Diantara banyak
metode pengembangan paragraf yang terdapat di dalam buku – buku komposisi,
disini diangkat enam metode yang umum dipakai untuk mengembangkan alinea dalam
penulisan karangan. Metode yang dimaksud adalah : metode definisi, metode
contoh, metode sebab-akibat, metode umum khusus, dan metode klasifikasi.
Didalam mengarang, keenam metode pengembangan paragraf tersebut dapat dipakai
silih berganti sesuai dengan keperluan mengarang si penulisnya.
1) Metode Definisi
Yang dimaksud dengan definisi adalah
usaha penulis untuk menerangkan pengertian/konsepistilah tertentu. Untuk dapat
merumuskan definisi yang jelas, penulis hendaknya memperhatikan klasifikasi
konsep dan penentuan cirri khas konsep tersebut. Satu hal yang perlu diingat
dalam membuat definisi, kita tidak boleh mengulang kata atau istilah yang kita
definisikan di dalam teks definisi itu
2) Metode Proses
Sebuah paragraf dikatakan memakai
metode proses apabila isi alinea menguraikan suatu proses. Proses ini merupakan
suatu urutan tindakan atau perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan
sesuatu. Bila urutan atau tahap – tahap kejadian berlangsung dalam waktu yang
berbeda, penulis harus menyusunnya secara runtut (kronologis). Banyak sekali
peristiwa atau kejadian yang prosesnya berbeda satu sama lainnya. Proses kerja
suatu mesin , misalnya, tentu berbeda sangat jauh dengan proses peristiwa
sejarah.
3) Metode Contoh
Dalam karangan ilmiah, contoh dan
ilustrsi selalu ditampilkan. Contoh-contoh terurai, lebih-lebih yang memerlukan
penjelasan rinci tentu harus disusun berbentuk paragraf.
4) Metode Sebab-Akibat
Metode sebab-akibat atau akibat-sebab
(kausalitas) dipakai untuk menerangkan suatu kejadian dan akibat yang
ditimbulkannya, atau sebaliknya. Factor yang terpenting dalam metode kausalitas
ini adalah kejelasan dan kelogisan. Artinya, hubungan kejadian dan penyebabnya
harus terungkap jelas dan informasinya sesuai dengan jalan pikiran manusia.
Metode kausalitas atau sebab-akibat umumnya tampil di tengah karangan yang
berisi pembahasan atau analisis. Sifat paragrafnya argumentative murni atau
dikombinasikan dengan deskriptif ata eksposisi.
5) Metode Umum-Khusus
Metode umum-khusnya dan khusus-umum
paling banyak dipakai untuk mengembangkan gagasan paragraf agar tampak teratur.
Bagi penulis pemula, belajar menyusun paragraf dengan metode ini adalah yang
paling disarankan. Pertimbangannya, di samping mengembangkan urutan umum-khusus
relative lebih gampang,juga karena model inilah yang paling banyak dipakai
dalam karangan ilmiah dan tulisan eksposisi seperti arikel dalam media massa.
6) Metode Klasifikasi
Bila kita akan mengelompokan
benda-benda atau non benda yang memiliki persamaan ciri seperi sifat, bentuk,
ukuran, dan lain-lain, cara yang paling tepat adalah dengan metode klasifikasi.
Klsifikasi sebenarnya bukan khusu untuk persamaan factor tersebut di atas,
tetapi juga untuk perbedaan. Namun, pengelompokan tidak berhenti pada
inventarisasi persamaan dan perbedaan. Setelah dikelompokan, lalu dianalisis
untuk mendapatkan generalisasi, atau paling tidak untuk diperbandingkan atau
dipertentangkan satu sama lainnya.
5. JENIS-JENIS ALINEA ATAU PARAGRAF
Paragraf memiliki banyak ragamnya.
Untuk membedakan paragraf yang satu dari paragraf yang lain berdasarkan
kelompoknya,yaitu : jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya, menurut
sifat isinya, menurut fungsinya dalam karangan.
1). Jenis
paragraf menurut posisi kalimat topiknya
Kalimat yang berisi gagasan utama
paragraf adalah kalimat topik. Karena berisi gagasan utama itulah keberadaan
kalmat topic dan letak posisinya dalam paragraf menjadi penting. Posisi kalimat
topik di dalam paragraf yang akan memberi warna sendiri bagisebuah paragraf.
Berdasarkan posisi kalimat topik, paragraf dapa dibedakan atas empat macam,
yaitu : paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf deduktif-induktif(campuran),
paragraf penuh kalimat topik.
A. Paragraf Deduktif
Adalah paragraf yang letak kalimat pokoknya di tempat kan pada bagian awal
paragraf ,yaitu paragraf yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu,
yang dimulai
dengan pernyataan umum yang disusun dengan uraian atau penjelasan khusus
(umum-khusus).
Contoh paragraf deduktif :
" Olahraga akan membuat badan kita menjadi sehat dan
tidak mudah terserang penyakit. Fisik orang yang berolahraga dengan yang jarang
atau tidak pernah berolahraga sangat jelas berbeda. Contohnya jika kita sering
berolahraga fisik kita tidak mudah lelah, sedangkan yang jarang atau tidak
pernah berolahraga fisiknya akan cepat lelah dan mudah terserang
penyakit."
Contoh lain paragraph deduktif :
”Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam
rapat sebelumnya, sudah diputuskan bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para
peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa
menggunakannya untuk membuka usaha baru.”
B. Paragraf Induktif
Paragraf induktif ditandai dengan
terdapatnya kalimat utama di akhir paragraf dan diawali dengan uraian atau penjelasan
bersifat khusus dan diakhiri dengan pernyataan umum (khusus-umum).
Contoh paragraf induktif:
" Yang menyebabkan banjir di Jakarta sangat jelas
disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri. Contohnya saja masih banyak
orang-orang yang buang sampah yang tidak pada tempatnya. Selain itu masyarakat
juga tidak peduli terhadap selokan di sekitarnya. Oleh sebab itu maka
seharusnya pemerintah setempat harus lebih mensosialisasikan bahaya banjir
kepada masyarakat. Supaya masyarakat dapat ikut serta dalam bersosialisasi
terhadap bahaya banjir. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa seluruh
masyarakat dan pemerintah setempat harus menggalakan supaya Jakarta bebas
banjir dengan cara membuang sampah pada tempatnya dan membersihkan selokan di
sekitarnya."
Contoh lain paragraf induktif :
“Semua orang
menyadari bahwa bahasa merupakan sarana pengembangan budaya. Tanpa bahasa,
sendi-sendi kehidupan akan lemah. Komunikasi tidak lancer. Informasi
tersendat-sendat. Memang bahasa merupakan alat komunikasi yang penting,
efektif dan efisien”.
C. Paragraf Campuran
Paragraf campuran ditandai dengan
terdapatnya kalimat utama di awal dan akhir paragraph
(deduktif-induktif). Kalimat pada akhir paragraf umumnya menjelaskan atau
menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf.
Contoh paragraf
campuran :
”Dalam kehidupan
sehari-hari, manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. Kegiatan
apa pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana komunikasi, baik sarana
komunikasi yang sederhana maupun yang modern. Kebudayaan dan peradaban
manusia tidak akan bias maju seperti sekarang ini tanpa adanya sarana
komunikasi”.
Contoh lain paragraf campuran :
" Pemerintah menyadari bahwa rakyat Indonesia memerlukan
rumah yang kuat,murah, dan sehat. Pihak dari pekerjaan umum sudah lama
menyelidiki bahan rumah yang murah, tetapi kuat. Tampaknya bahan perlit yang
diperoleh dari batuan gunung beapi sangat menarik perhatian para ahli. Bahan
ini tahan api dan air tanah. Usaha ini menunjukan bahwa pemerintah berusaha
membangun rumah yang kuat, murah dan sehat untuk memenuhi kebutuhan
rakyat."
2). Jenis
paragraf atau alinea berdasarkan paragraf penuh kalimat topik
Seluruh kalimat yang membangun
paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi
kalimat topik. Kondisi seperti itu dapat atau biasa terjadi akibat sulitnya
menentukan kalimat topic karena kalimat yang satu dan lainnya sama-sama
penting. Paragraf semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian bersifat
dskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.
Contoh paragraf penuh kalimat topik :
" Pagi hari itu aku berolahraga di sekitar lingkungan
rumah. Dengan udara yang sejuk dan menyegarkan. Di sekitar lingkungan rumah
terdengar suara ayam berkokok yang menandakan pagi hari yang sangat indah.
Kuhirup udara pagi yang segar sepuas-puasku."
3). Jenis
Paragraf Menurut Sifat Isinya
Berdasarkan sifat
isinya, alinea dapat digolongkan atas lima macam,yaitu:
1.
Eksposisi
Berisi uraian
atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi.
Contoh:
Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak pemberitaan mengenai impor daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka kehilangan pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam dan telur kini melejit sehingga harganya meningkat.
Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak pemberitaan mengenai impor daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka kehilangan pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam dan telur kini melejit sehingga harganya meningkat.
2.
Argumentatif
Bertujuan
membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/ fakta konsep
sebagai alasan/ bukti.
Contoh:
Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan masa kecilnya. Pernyataan demikian pernah dikemukakan oleh seorang pakar psikologi pendidikan Sukarton (1992) bahwa anakanak kecil di bawah umur 15 tahun sudah banyak yang dilibatkan untuk mencari nafkah oleh orang tuanya. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya anak kecil yang mengamen atau mengemis di perempatan jalan atau mengais kotak sampah di TPA, kemudian hasilnya diserahkan kepada orang tuanya untuk menopang kehidupan keluarga. Lebih-lebih sejak negeri kita terjadi krisis moneter, kecenderungan orang tua mempekerjakan anak sebagai penopang ekonomi keluarga semakin terlihat di mana-mana.
Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan masa kecilnya. Pernyataan demikian pernah dikemukakan oleh seorang pakar psikologi pendidikan Sukarton (1992) bahwa anakanak kecil di bawah umur 15 tahun sudah banyak yang dilibatkan untuk mencari nafkah oleh orang tuanya. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya anak kecil yang mengamen atau mengemis di perempatan jalan atau mengais kotak sampah di TPA, kemudian hasilnya diserahkan kepada orang tuanya untuk menopang kehidupan keluarga. Lebih-lebih sejak negeri kita terjadi krisis moneter, kecenderungan orang tua mempekerjakan anak sebagai penopang ekonomi keluarga semakin terlihat di mana-mana.
3.
Deskriptif
Berisi gambaran
mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, merasa
atau mendengar hal tersebut.
Contoh:
Gadis itu menatap Doni dengan seksama. Hati Doni semakin gencar memuji gadis yang mempesona di hadapanya. Ya, karena memang gadis didepannya itu sangat cantik. Rambutnya hitam lurus hingga melewati garis pinggang. Matanya bersinar lembut dan begitu dalam, memberikan pijar mengesankan yang misterius. Ditambah kulitnya yang bersih, dagu lancip yang menawan,serta bibir berbelah, dia sungguh tampak sempurna.
Gadis itu menatap Doni dengan seksama. Hati Doni semakin gencar memuji gadis yang mempesona di hadapanya. Ya, karena memang gadis didepannya itu sangat cantik. Rambutnya hitam lurus hingga melewati garis pinggang. Matanya bersinar lembut dan begitu dalam, memberikan pijar mengesankan yang misterius. Ditambah kulitnya yang bersih, dagu lancip yang menawan,serta bibir berbelah, dia sungguh tampak sempurna.
4.
Persuasif
Karangan ini bertujuan mempengaruhi
emosi pembaca agar berbuat sesuatu. isi paragraf ini mempromosikan
sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca. Paragraf persuasif
banyak dipakai dalam penulisan iklan,terutama majalah dan Koran .
Contoh:
Dalam diri setiap bangsa Indonesia harus tertanam nilai cinta terhadap sesama manusia sebagai cerminan rasa kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di antaranya adalah mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya, mengembangkan sikap tenggang rasa dan nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai sesama anggota masyarakat, kita harus mengembangkan sikap tolong-menolong dan saling mencintai. Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh suasana kemanusian dan saling mencintai.
Dalam diri setiap bangsa Indonesia harus tertanam nilai cinta terhadap sesama manusia sebagai cerminan rasa kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di antaranya adalah mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya, mengembangkan sikap tenggang rasa dan nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai sesama anggota masyarakat, kita harus mengembangkan sikap tolong-menolong dan saling mencintai. Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh suasana kemanusian dan saling mencintai.
5.
Naratif
Karangan ini
berisi rangkaian peristiwa yang susul-menyusul, sehingga membentuk alur cerita.
Karangan jenis ini sebagian besar berdasarkan imajinasi.
Contoh:
Jam istirahat. Aldi tengah menulis sesuatu di buku agenda sambil menikmati bekal dari rumah. Sesekali kepalanya menengadah ke langit-langit perpustakaan, mengernyitakan kening,tersenyum dan kembali menulis. Asyik sekali,seakan diruang perpustakaan hanya ada dia.
Jam istirahat. Aldi tengah menulis sesuatu di buku agenda sambil menikmati bekal dari rumah. Sesekali kepalanya menengadah ke langit-langit perpustakaan, mengernyitakan kening,tersenyum dan kembali menulis. Asyik sekali,seakan diruang perpustakaan hanya ada dia.
4). Jenis Paragraf Menurut Fungsi / Tujuannyanya
dalam Karangan
Menurut fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 , yaitu:
1.
Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka biasanya memiliki
sifat ringkas menarik, dan bertugas menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah
yang akan diuraikan. Paragraf
pembuka biasanya bertujuan untuk mengutarakan suat aspek pokok pembicaraan
dalam karangan .
Sebagai bagian awal sebuah
karangan, paragraf pembuka harus di fungsikan untuk:
1.
Menghantar pokok pembicaraan.
2.
Menarik minat pembaca.
3.
Menyiapkan atau menata pikiran untuk mengetahui
isi seluruh karangan.
Setelah
memiliki ke tiga fungsi tersebut di atas dapat dikatakan paragraf pembuka
memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah karangan. Paragraf pembuka
harus disajikan dalam bentuk yang menarik untuk pembaca. Untuk itu bentuk
berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis paragraf pembuka,yaitu:
1.
Kutipan, peribahasa, anekdot
2.
Pentingnya pokok pembicaraan
3.
Pendapat atau pernyataan seseorang
4.
Uraian tentang pengalaman pribadi
5.
Uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan
6.
Sebuah pertanyaan.
Contoh paragraf
pembuka :
Pemuli baru saja
usai. Sebagian orang, terutama caleg yang sudah pasti jadi, merasa bersyukur
karena pemilu berjalan lancer seperti yang diharapkan. Namun, tidak demikian
yang dirasakan oleh para caleg yang gagal memperoleh kursi di parlemen. Mereka
mengalami stress berat hingga tidak bias tidur dan tidak mau makan.
2.
Paragraf Penghubung
Paragraf
penghubung berisi inti masalah yang hendak disampaikan kepada pembaca. Secara
fisik, paragraf ini lebih panjang dari pada paragraf pembuka. Sifat
paragraf-paragraf penghubung bergantung pola dari jenis karangannya. Dalam
karangan-karangan yang bersifat deskriptif, naratif, eksposisis,
paragraf-paragraf itu harus disusun berdasarkan suatu perkembangan yang logis.
Bila uraian itu mengandung pertentangan pendapat, maka beberapa paragraf
disiapkan sebagai dasar atau landasan untuk kemudian melangkah kepada
paragraf-paragraf yang menekankan pendapat pengarang.
Paragraf ini didalam karangan dapat difungsikan
untuk:
1.
Mengemukakan inti persoalan.
2.
Memberikan ilustrasi.
3.
Menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf
berikutnya.
4.
Meringkas paragraf sebelumnya
5.
Mempersiapkan dasar bagi simpulan.
3.
Paragraf Penutup
Paragraf penutup
biasanya berisi simpulan (untuk argumentasi) atau penegasan kembali (untuk
eksposisi) mengenai hal-hal yang dianggap penting. Paragraf ini merupakan pernyataan
kembali maksud penulis agar lebih jelas. Mengingat paragraf penutup dimaksudkan
untuk mengakhiri karangan. Penyajian harus memperhatikan hal sebagai berikut :
1.
Sebagai bagian penutup,paragraf ini tidak boleh
terlslu panjang.
2.
Isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau
simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian.
3.
Sebagai bagian yang paling akhir dibaca,
disarankan paragraf ini dpat menimbulkan kesan yang medalam bagi pembacanya.
Contoh paragraf
penutup :
Demikian proposal
yang kami buat. Semoga usaha kafe yang kami dirikan mendapat ridho dari Tuhan
YME serta bermanfaat bagi sesama. Atas segala perhatiannya, kami ucapkan terima
kasih.
REFERENSI
:
thanks atas kerjasamanya..
BalasHapus